Tuesday, 6 May 2014

Fakta Kemampuan Matematika Anak Lebih Penting dari Bahasa

Yogyakarta, Mana yang lebih penting bagi anak, kemampuan matematika atau bahasa? Beberapa orang akan menjawab keduanya, tetapi faktanya banyak orang tua dan guru yang masih menganggap kemampuan berhitung atau matematikalah yang lebih penting. 

Hal tersebut diutarakan oleh salah satu Guru Besar di Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof Dr Amitya Kumara, MS, PSi. Menurutnya kebanyakan anak akan mendapat sanksi atau teguran bila mendapat nilai jelek dalam pelajaran berhitung. Sebaliknya, rendahnya kemampuan berbahasa jarang menimbulkan kekhawatiran di kalangan orangtua. 

"Kebanyakan orang tua beranggapan, nggak apa-apa nilai bahasa jelek, tetapi matematika jangan sampai, itu nggak keren. Dan nilai lima dalam matematika biasanya akan mendapat hukuman," tuturnya menggambarkan anggapan mayoritas orang tua dan guru masa kini. 

Berbeda dengan orang tua yang lain, wanita yang akrab disapa Ami itu justru lebih menekankan kemampuan berbahasa pada putrinya. Ia tak pernah merasa gundah ketika putrinya mendapat nilai rendah dalam pelajaran matematika. Sebab menurut Ami, kemampuan bahasa tak kalah penting. "Kalau kamu menguasai bahasa kamu bisa berpikir logis," pesan Ami pada buah hatinya kala itu.

Ya, Ami adalah seorang profesor yang memfokuskan diri pada kemampuan berbahasa anak. Sedari menyusun skripsi guna studi S-1 ia telah memiliki minat tersendiri di bidang kemampuan bahasa pada anak.

Ia menjelaskan bahwa kesulitan berbahasa pada anak biasanya ditandai dengan kesulitan membaca, kesulitan memahami, kesulitan menulis, atau kesulitan mendengarkan. Salah satu yang krusial ialah kemampuan membaca. Menurutnya, kelancaran dalam membaca akan menentukan kesuksesan akademik anak. Anak yang tidak lancar dalam membaca akan mengalami banyak kesulitan dalam bidang akademik lain.

"Proses ini disebut Matthew Effect, yaitu ketidakmampuan membaca akan berdampak pada kegagalan anak adalam menguasai area akademik lainnya. Kegagalan ini akan semakin parah seiring naiknya jenjang kelas anak yang bersangkutan," terangnya dalam seminar bertajuk "Kesulitan Berbahasa pada Siswa dan Kiat Memotivasinya" yang dihelat di Fakultas Psikologi UGM, seperti ditulis pada Selasa (6/5/2014).

Hal ini telah dibuktikan oleh Ami dalam penelitiannya. Ia pernah meneliti kaitan antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan mengerjakan soal matematika berbetuk soal cerita. Simpulan dari studi itu, anak yang kurang mampu berbahasa akan mengalami kesukaran dalam membayangkan narasi cerita sehingga kesulitan mengerjakan soal.

No comments: