Tuesday, 15 April 2014

TRADISI BARITAN DESA SIMBANG

Pengertian
Istilah  “baritan” merupakan kepanjangan dari kata “bubar ngarit selametan”. Artinya, setelah para petani selesai mencari rumput untuk hewan ternak (dalam hal ini sapi), mereka mengadakan selamatan.

Filosofi
Baritan merupakan tradisi turun-temurun nenek moyang warga Desa Simbang, Kecamatan Kalikajar. Selain bertani, warga Desa Simbang adalah peternak sapi. Mereka percaya bila ternaknya dipelihara dengan baik akan memberikan berkah yang melimpah pada pemiliknya, yakni sapinya selamat, tidak sakit-sakitan, gemuk dan laku tinggi saat dijual. Dalam arti luas, bertujuan untuk memperoleh keselamatan warga dan melimpahnya hasil pertanian.
Pelaksanaan baritan  jatuh pada bulan Agustus dan tidak sembarang hari. Di Dusun Jlamprang disesuaikan dengan atau hari lahir kepala dusun setempat. Sedangkan di Dusun Simbang biasanya pada hari Jumat Kliwon. Sering pula harinya berdasarkan kesepakatan warga. Misalnya kelahiran kepala dusun pada hari Jumat Pahing, disepakati untuk diadakan pada hari Sabtu Pon. Yang penting, tidak jauh dari ketentuan.

Prosesi baritan
Rangkaian kegiatan baritan meliputi :
1.       Sebelum dibawa ke lapangan, sapi-sapi dibersihkan, dimandikan (dijamas) dengan air kembang boreh layaknya keris atau pusaka.
2.       Ratusan sapi milik warga dikumpulkan di lapangan. Karenanya ada yang menyebut dengan pesta sapi.
3.       Selanjutnya, sapi-sapi tersebut ditali pada pancang-pancang bambu yang sudah disediakan. Karenanya juga disebut dengan pesta pathok. Berderet rapi memanjang. Bulu-bulunya tampak bersih. Kalaupun ada yang kotor, sapi tersebut nakal, susah dimandikan. Diharapkan setelah diselamati, selain sehat, sapi-sapi itu akan jinak. Seementara anak-anak sapi (pedhet) dibiarkan bebas berkeliaran dan lehernya diberi kalung makanan ondhe-ondhe. Ini biasanya dilakukan bagi mereka yang mempunyai nadzar atau janji, yakni “kalau sapinya sehat sampai melahirkan dan laku dijual, akan diberi kalung ondhe-ondhe”.
Kemeriahan upacara baritan akan tampak terlihat pula pada saat anak-anak mengejar pedhet, yang ingin mengambil ondhe-ondhenya.
4.        Warga membawa tumpeng ke lapangan dan dijajarkan dalam satu tempat. Ditunggui oleh ibu-ibu.
5.       Pemandian sapi secara simbolis, tidak semua ternak sapi bersama-sama dimandikan. Karena sebelum dibawa ke lapangan, ternak-ternak tersebut sebenarnya telah dibersihkan. Sapi simbolis dimandikan dengan air kembang boreh dengan menggunakan gayung batok kelapa. Lalu disiramkan ke badan sapi menggunakan kukusan dari bambu.
Kiai yang diundang, diminta untuk memimpin doa khusus untuik hewan ternak, agar selamat, gemuk dan laku dijual dengan harga tinggi.

6.       Tumpeng yang dibawa warga dimakan bersama-sama warga yang berada di lapangan. Tumpeng baritan cukup khas. Bumbu-bumbu dan sayuran kubis diletakkan di dalam nasinya. Tumpeng ditutup daun pisang, ditaruh dalam cething atau tempat nasi dan tampah. Ada pula yang dilengkapi dengan lauk ingkung ayam.
7.       Biasanya dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit. Tergantung dari keuangan warga.


Pelestarian
Adalah tradisi unik yang masih dilestarikan oleh warga Desa Simbang, meskipun sederhana, namun tetap diadakan tiap tahun sekali. Karena mereka telah mempercayai bahwa tradisi baritan memberikan berkah baik kepada pemiliknya maupun hewan ternak sapinya.

Nilai-nilai tradisi
Bilamana hewan ternak sapi yang dimiliki para petani itu betul-betul dipelihara dengan baik, maka akan membuat sapi tersebut sehat, tidak sakit-sakitan, gemuk dan dapat dijual dengan harga tinggi.


No comments:

Blog Archive