Pengertian
Istilah “baritan” merupakan kepanjangan dari kata
“bubar ngarit selametan”. Artinya, setelah para petani selesai mencari rumput
untuk hewan ternak (dalam hal ini sapi), mereka mengadakan selamatan.
Filosofi
Baritan
merupakan tradisi turun-temurun nenek moyang warga Desa Simbang, Kecamatan
Kalikajar. Selain bertani, warga Desa Simbang adalah peternak sapi. Mereka
percaya bila ternaknya dipelihara dengan baik akan memberikan berkah yang
melimpah pada pemiliknya, yakni sapinya selamat, tidak sakit-sakitan, gemuk dan
laku tinggi saat dijual. Dalam arti luas, bertujuan untuk memperoleh
keselamatan warga dan melimpahnya hasil pertanian.
Pelaksanaan
baritan jatuh pada bulan Agustus dan
tidak sembarang hari. Di Dusun Jlamprang disesuaikan dengan atau hari lahir
kepala dusun setempat. Sedangkan di Dusun Simbang biasanya pada hari Jumat
Kliwon. Sering pula harinya berdasarkan kesepakatan warga. Misalnya kelahiran
kepala dusun pada hari Jumat Pahing, disepakati untuk diadakan pada hari Sabtu
Pon. Yang penting, tidak jauh dari ketentuan.
Prosesi
baritan
Rangkaian kegiatan
baritan meliputi :
1.
Sebelum dibawa ke lapangan, sapi-sapi
dibersihkan, dimandikan (dijamas) dengan air kembang boreh layaknya keris atau
pusaka.
2.
Ratusan
sapi milik warga dikumpulkan di lapangan. Karenanya ada yang menyebut dengan
pesta sapi.
3.
Selanjutnya, sapi-sapi tersebut ditali pada
pancang-pancang bambu yang sudah disediakan. Karenanya juga disebut dengan
pesta pathok. Berderet rapi memanjang. Bulu-bulunya tampak bersih. Kalaupun ada
yang kotor, sapi tersebut nakal, susah dimandikan. Diharapkan setelah
diselamati, selain sehat, sapi-sapi itu akan jinak. Seementara anak-anak sapi
(pedhet) dibiarkan bebas berkeliaran dan lehernya diberi kalung makanan
ondhe-ondhe. Ini biasanya dilakukan bagi mereka yang mempunyai nadzar atau
janji, yakni “kalau sapinya sehat sampai melahirkan dan laku dijual, akan
diberi kalung ondhe-ondhe”.
Kemeriahan
upacara baritan akan tampak terlihat pula pada saat anak-anak mengejar pedhet,
yang ingin mengambil ondhe-ondhenya.
4.
Warga
membawa tumpeng ke lapangan dan dijajarkan dalam satu tempat. Ditunggui oleh
ibu-ibu.
5.
Pemandian sapi secara simbolis, tidak semua
ternak sapi bersama-sama dimandikan. Karena sebelum dibawa ke lapangan,
ternak-ternak tersebut sebenarnya telah dibersihkan. Sapi simbolis dimandikan
dengan air kembang boreh dengan menggunakan gayung batok kelapa. Lalu
disiramkan ke badan sapi menggunakan kukusan dari bambu.
Kiai yang
diundang, diminta untuk memimpin doa khusus untuik hewan ternak, agar selamat,
gemuk dan laku dijual dengan harga tinggi.
6.
Tumpeng yang dibawa warga dimakan bersama-sama
warga yang berada di lapangan. Tumpeng baritan cukup khas. Bumbu-bumbu dan
sayuran kubis diletakkan di dalam nasinya. Tumpeng ditutup daun pisang, ditaruh
dalam cething atau tempat nasi dan tampah. Ada pula yang dilengkapi dengan lauk ingkung
ayam.
7.
Biasanya dilanjutkan dengan pergelaran wayang
kulit. Tergantung dari keuangan warga.
Pelestarian
Adalah tradisi
unik yang masih dilestarikan oleh warga Desa Simbang, meskipun sederhana, namun
tetap diadakan tiap tahun sekali. Karena mereka telah mempercayai bahwa tradisi
baritan memberikan berkah baik kepada pemiliknya maupun hewan ternak sapinya.
Nilai-nilai
tradisi
Bilamana
hewan ternak sapi yang dimiliki para petani itu betul-betul dipelihara dengan
baik, maka akan membuat sapi tersebut sehat, tidak sakit-sakitan, gemuk dan
dapat dijual dengan harga tinggi.
No comments:
Post a Comment