Tuesday, 15 April 2014

TRADISI HAK-HAKAN DUSUN KALIYOSO DESA BANYUMUDAL

Pengertian
Kata “hak-hakan” berasal dari kata hak. Maknanya hak milik atau saluran buda telah menjadi hak milik warga Dusun Kaliyoso. Munculnya istilah tersebut dipicu dari terjadinya perebutan air antara Dusun Kaliyoso dengan dusun sekitarnya, yang disebabkan, saluran buda berada tepat di garis batas. Warga Kaliyoso menganggap lebih berhak memiliki saluran. Berdasarkan pathok atau batas desa, aliran itu masih berada di wilayah Kaliyoso dan dibuat oleh warga setempat.
Sedangkan menurut versi lain, istilah hak, diambil dari kata terakhir dalam nyanyian atau senggakan. Hak sebagai tekanan pada setiap gerakan. Senggakan diucapkan para penari pada batas akhir nyanyian secara serentak.

Filosofi
Biasanya digelar pada bulan Sapar, waktunya sesuai kesepakatan masyarakat. Kegiatan  pentas hak-hakan dipusatkan di pendapa atau rumah pamong desa. Tidak boleh dilakukan di tempat lain; dilarang digelar di sembarang tempat.
Tradisi warisan leluhur ini  bermula dari kerja bakti masyarakat membuat saluran air untuk pertanian. Warga kesulitan mendapatkan air baik untuk mengairi sawah lading maupun untuk keperluan sehari-hari.
Tokoh yang pertama kali membuka Dusun Kaliyosos, Kiai Jurang mengusulkan kepada masyarakat untuk membuat saluran air. Warga dusun beramai-ramai mencari sumber air yang letaknya cukup jauh. Dengan dipandu kebo bule, hewan peliharaan Kiai Jurang, mereka melewati hutan belantara dan berhasil menemukan sumber air.. Dengan bergotong royong, mereka membuat saluran air sampai ke dusunnya. Saluran itu diberi nama saluran buda. Arti buda adalah tanah kosong yang dimanfaatkan untuk membuat saluran air.
Kebutuhan air dapat tercukupi, tidak pernah kekurangan air, meskipun di musim kemarau. Setelah kebutuhan air melimpah, warga dusun menginginkan sebuah tempat atau pendapa untuk berkumpul, untuk bertukar pikiran atau membicarakan kemajuan dusun. Selanjutnya disepakati mendirikan pendapa.
Untuk memperingati peristiwa yang berpengaruh besar terhadap kemakmuran dan kesejahteraan Dusun Kaliyoso dan dusun-dusun sekitar, lalu diciptakan dan dipentaskan pertunjukan drama pendek yang menggambarkan proses pembuatan saluran air sampai berdirinya pendapa.
 Drama ini hanya dimainkan oleh para laki-laki berusia 20 tahun ke atas. Hak-hakan digelar sederhana, pemain melakukan dialog-dialog spontan, tanpa ditulis dalam teks khusus

Prosesi hak-hakan
Rangkaian kegiatan hak-hakan meliputi :
Ø  Diawali dengan berkumpulnya para penari laki-laki dari setiap rukun tetangga membentuk barisan. Kemudian mereka berbaris bersama-sama ke pendapa desa dipimpin oleh Ketua Rukun Tetangga.
Ø  Setelah semua penari berkumpul dan duduk rapi menunggu giliran menari, dilanjutkan doa bersama.
Ø  Lalu, pentas hak-hakan dimulai, Mereka dipanggil oleh pemimpin kesenian. Mereka berjalan menuju tempat pertunjukan secara berurutan, sambil membunyikan keprakan bambu berukuran 30 cm yang dibelah dua. Bunyi yang dihasilkan bambu ini, menurut keyakinan warga dapat mengusir roh jahat yang dapat mengganggu proses upacara. Bunyi bambu menimbulkan suasana cukup magis dan sakral.
Ø  Para penari mulai pentas. Gerakannya seperti menirukan orang yang sedang membuat saluran air. Penari tidak menggunakan peralatan semestinya, hanya disimbolkan keris. Setiap gerakannya diselingi duduk, bersama-sama membunyikan bambu, dilanjutkaan dialog antara penari dan pemimpin kesenian.

Ø  Ketika seluruh penari tak sadarkan diri atau trance, konon tubuhnyanya dimasuki oleh dahnyang atau leluhur desa. Ritual hak-hakan berakhir dan dilanjutkan pentas tledekan. Keris semua penari dikumpulkan, diletakkan di tengah pendapa. Kemudian keris ditutup dengan selimut sesaji.

No comments:

Blog Archive