Pengertian
Kata
“hak-hakan” berasal dari kata hak. Maknanya hak milik atau saluran buda telah
menjadi hak milik warga Dusun Kaliyoso. Munculnya istilah tersebut dipicu dari
terjadinya perebutan air antara Dusun Kaliyoso dengan dusun sekitarnya, yang
disebabkan, saluran buda berada tepat di garis batas. Warga Kaliyoso menganggap
lebih berhak memiliki saluran. Berdasarkan pathok atau batas desa, aliran itu
masih berada di wilayah Kaliyoso dan dibuat oleh warga setempat.
Sedangkan
menurut versi lain, istilah hak, diambil dari kata terakhir dalam nyanyian atau
senggakan. Hak sebagai tekanan pada setiap gerakan. Senggakan diucapkan para
penari pada batas akhir nyanyian secara serentak.
Filosofi
Biasanya
digelar pada bulan Sapar, waktunya sesuai kesepakatan masyarakat. Kegiatan pentas hak-hakan dipusatkan di pendapa atau
rumah pamong desa. Tidak boleh dilakukan di tempat lain; dilarang digelar di
sembarang tempat.
Tradisi
warisan leluhur ini bermula dari kerja
bakti masyarakat membuat saluran air untuk pertanian. Warga kesulitan
mendapatkan air baik untuk mengairi sawah lading maupun untuk keperluan
sehari-hari.
Tokoh yang
pertama kali membuka Dusun Kaliyosos, Kiai Jurang mengusulkan kepada masyarakat
untuk membuat saluran air. Warga dusun beramai-ramai mencari sumber air yang
letaknya cukup jauh. Dengan dipandu kebo bule, hewan peliharaan Kiai Jurang,
mereka melewati hutan belantara dan berhasil menemukan sumber air.. Dengan
bergotong royong, mereka membuat saluran air sampai ke dusunnya. Saluran itu
diberi nama saluran buda. Arti buda adalah tanah kosong yang dimanfaatkan untuk
membuat saluran air.
Kebutuhan
air dapat tercukupi, tidak pernah kekurangan air, meskipun di musim kemarau.
Setelah kebutuhan air melimpah, warga dusun menginginkan sebuah tempat atau
pendapa untuk berkumpul, untuk bertukar pikiran atau membicarakan kemajuan
dusun. Selanjutnya disepakati mendirikan pendapa.
Untuk
memperingati peristiwa yang berpengaruh besar terhadap kemakmuran dan kesejahteraan
Dusun Kaliyoso dan dusun-dusun sekitar, lalu diciptakan dan dipentaskan
pertunjukan drama pendek yang menggambarkan proses pembuatan saluran air sampai
berdirinya pendapa.
Drama ini hanya dimainkan oleh para laki-laki
berusia 20 tahun ke atas. Hak-hakan digelar sederhana, pemain melakukan
dialog-dialog spontan, tanpa ditulis dalam teks khusus
Prosesi
hak-hakan
Rangkaian kegiatan
hak-hakan meliputi :
Ø Diawali
dengan berkumpulnya para penari laki-laki dari setiap rukun tetangga membentuk
barisan. Kemudian mereka berbaris bersama-sama ke pendapa desa dipimpin oleh
Ketua Rukun Tetangga.
Ø Setelah
semua penari berkumpul dan duduk rapi menunggu giliran menari, dilanjutkan doa
bersama.
Ø Lalu, pentas
hak-hakan dimulai, Mereka dipanggil oleh pemimpin kesenian. Mereka berjalan
menuju tempat pertunjukan secara berurutan, sambil membunyikan keprakan bambu
berukuran 30 cm yang dibelah dua. Bunyi yang dihasilkan bambu ini, menurut
keyakinan warga dapat mengusir roh jahat yang dapat mengganggu proses upacara.
Bunyi bambu menimbulkan suasana cukup magis dan sakral.
Ø Para penari
mulai pentas. Gerakannya seperti menirukan orang yang sedang membuat saluran
air. Penari tidak menggunakan peralatan semestinya, hanya disimbolkan keris.
Setiap gerakannya diselingi duduk, bersama-sama membunyikan bambu, dilanjutkaan
dialog antara penari dan pemimpin kesenian.
Ø Ketika
seluruh penari tak sadarkan diri atau trance,
konon tubuhnyanya dimasuki oleh dahnyang atau leluhur desa. Ritual hak-hakan
berakhir dan dilanjutkan pentas tledekan.
Keris semua penari dikumpulkan, diletakkan di tengah pendapa. Kemudian keris
ditutup dengan selimut sesaji.
No comments:
Post a Comment