Tuesday, 15 April 2014

TRADISI RUWATAN RAMBUT GEMBEL

Filosofi

Ritual ruwat rambut gembel sudah menjadi tradisi tahunan warga Kabupaten Wonosobo.
Ritual ruwat rambut gembel ini dilakukan terhadap anak-anak yang memiliki rambut “gembel” atau “gimbal”. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai anak bajang.
Ada yang dinamakan ”gembel pari”, yakni gembel tumbuh memanjang membentuk ikatan kecil-kecil menyerupai padi. Juga ada jenis gembel lain, seperti “gembel jatha”, “gembel wedhus”, “gembel gombak”, “gembel pethek” dan “gembel kuncung”. Pada prinsipnya, rambut mereka terpilin layaknya penyanyi reggae atau bahkan seperti Ruud Gullit, pemain sepakbola asal Belanda.
Konon, anak-anak ini merupakan titisan Kiai Kolodete, salah satu pendiri Wonosobo, selain Kiai Karim dan Kiai Walik. Banyak dijumpai di Kawasan Dataran Tinggi Dieng mulai dari kawasan lereng sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Rambut gembel ini tumbuh, tidak sejak lahir, melainkan  setelah beberapa tahun si anak  tumbuh dan berkembang. Rata-rata dibawah umur lima tahun, anak tersebut mendadak sakit panas dan esok harinya  tiba-tiba rambutnya telah berubah menjadi gembel. Walaupun telah dikeramasi dan disisir, rambutnya tetap tidak dapat kembali seperti semula.
Secara fisik dan psikologis, mereka  mempunyai tabiat (watak) dan menunjukkan perilaku yang khusus, seperti pendiam, suka bergaul, enerjik, nakal, suka mengatur dan heroik. Karenanya, mereka disakralkan dan disebut anak “Sukerta”, yakni anak yang disajikan menjadi mangsa”Bathara Kala”.
Agar menjadi anak manusia yang wajar, mereka harus dibersihkan atau disucikan dari gembelnya (sukertanya) dengan menghilangkannya. Proses inilah yang disebut dengan “ruwatan” , yang menurut Bahasa Jawa berarti “lepas” yang bermakna lepas dari karakteristik sebagai anak gembel, dengan cara mencukur rambut gembelnya.
Ruwatan dapat dilakukan setelah si anak meminta sendiri untuk dicukur dengan meminta persyaratan tertentu (bebana). Permintaan  atau bebana yang diminta tiap anak beraneka ragam dan berlainan, misalnya bebananya rok dan baju levis, ayam babon dan ikan asin (rese jenggli) dan uang Rp. 300.000,-, sekeranjang jeruk dan anting-anting, telur satu pring dan daging ayam sepiring, gethuk dan gula jawa. Ada juga bebananya, meminta agar rambutnya dicukur sendiri langsung oleh Bapak Bupati Wonosobo, atau dipangku oleh kakeknya, dan lain-lain.
Anehnya, apabila bebana yang diminta si anak tidak dipenuhi, maka rambut gembel yang sudah dicukur akan tumbuh lagi atau kondisi kesehatannya bisa terganggu, badan panas dingin, bahkan kejang-kejang.
               
Prosesi  ritual ruwat
Sebelum ruwat rambut gembel dimulai, diawali dengan beberapa rangkaian  kegiatan sebagai berikut :
Berziarah ke beberapa tempat keramat di Dataran Tinggi Dieng, termasuk ke pekarangan Kiai Kolodete dan isterinya Nyai Cindelaras di Gunung Kendil beberapa hari sebelumnya, antara lain : di pertapaan Mandalasari, Gunung Bismo, Gunung 

No comments:

Blog Archive