Tuesday, 15 April 2014

TRADISI BIRAT SENGKOLO DAN PROSESI HARI JADI WONOSOBO



Filosofi
 Tradisi Mbirat Sengkala Tradisi yang dimaksudkan untuk membuang segala malapetaka yang bisa menimpa daerah atau bisa dikatakan sebagai tolakbala. Tradisi ini biasanya dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Kabupaten Wonosobo 24 Juli setiap tahunnya.

 Prosesi Mbirat Sengkala dan kirab hari jadi wonosobo
1.       Didahului dengan ziarah ke makam para pendahulu atau pendiri Wonosobo antatra lain: makam Tumenggung Setjonegoro, Tumenggung Jogonegoro, Asmoro Supi, Kyai Walik, Kyai Muntaha Al Hafid
2.       Malam peringhatan Hari Jadi dilaksanakan ritual bertempat di Pendopo paseban alun-alun Wonosobo oleh para penghayat kepercayaan kepada tuhan yang maha esa, tepat pukul 24.00 wib, dilanjutkan ritual khusus membuka songsong agung dan tombak korowelang  (yang merupakan lambang kekuasaan atau pengayoman dan keamanan) yang disimpan di rumah dinas bupati
3.    Upacara penyerahan kirab panji-panji 15 kecamatan
v   upacara penyerahan kirab panji-panji 15 kecamatan digelar di halaman pendopo kabupaten, dihadiri oleh bupati, ketua dprd, bupati, jajaran muspida plus, para pimpinan skpd, bumd dan anggota dprd.
v   para kapolsek, danramil, camat dan sekcam berbaris bersama staf masing-masing,
v   penyerahan panji-panji dilakukan secara simbolis oleh muspida kepada muspika kota wonosobo, dengan urutan :
Ø  Dandim 0707 wonosobo menyerahkan bendera merah putih kepada danramil wonosobo
Ø  Ketua dprd kabupaten wonosobo menyerahkan lambang daerah kepada sekcam wonosobo
Ø  Kapolres wonosobo menyerahkan tombak korowelang sebagai lambang kekuatan kepada kepala kantor kesbangpollinmas kabupaten wonosobo
Ø  Bupati wonosobo menyerahkan songsong agung atau payung kebesaran sebagai lambang perlindungan dan pengayoman kepada camat wonosobo.

4.    Panji-panji kebesaran diarak berkeliling kota
v  Panji-panji kebesaran diarak berkeliling kota berjalan kaki, mulai dari jl. Angkatan 45, jl. Veteran, tosari, jl. Ahmad yani dan ke alun-alun.
v  Arak-arakan diawali oleh cucuk lampah, pembawa songsong agung kamulyan, pembawa dupa, air tujuh rupa, pasukan tombak, pembawa panah, wira menggala, pasukan pembawa panji-panji, pasukan camat, dari dinas/kantor instansi, bumn dan para lurah. Para pedagang pasar induk wonosobo dan pasar grosir dan kelompok kesenian turut berpartisipasi..
v  Setelah memasuki alun-alun, bupati, ketua dprd, muspida beserta istri menempatkan diri. Semua peserta upacara memakai pakaian adat jawa. Pada kesempatan itulah dibacakan sejarah singkat wonosobo.

5.    Prosesi mbirat sengkolo
Ø  Merupakan upacara ritual membuang sial. Perlengkapannya berupa sesaji lengkap nasi, lauk pauk dan buah ditambah dupa. Kemudian ditambah 7 mata air dicampur menjadi satu, dipercik-percikkan ke 4 penjuru angin dengan menggunakan daun dadap serep. Diharapkan, kabupaten wonosobo selalu dijauhkan dari bencana dan marabahaya. Tujuh mata air itu berasal dari tuk bimalukar, goa sumur, mata air mudal, mata air kaliasem, mata air mangli, mata air tempurung dan mata air sutrodilogo.
Ketujuh mata air itu ditampung di sebuah tempayan besar diletakkan di alun-alun berdekatan dengan tumpeng kentang raksasa  dan buah-buahan setinggi 1,5 meter, yang kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai rasa kebersamaan dan dimakan bersama-sama dalam kembul bujana.
Ø  Prosesi dimeriahkan dengan sendratari wisudan seconegoro, yang menggambarkan perjuangan muhammad ngarpah – prajurit diponegoro melawan prajurit kolonial belanda. Tokoh inilah yang kemudian mendapat gelar raden tumenggung seconegoro, bupati pertama wonosobo.

Pelestarian
a.          Diperingati setiap tahun sekali, dengan disemarakkan oleh berbagai macam hiburan, sarasehan, olah raga, lomba, ekspo/pameran, bakti sosial maupun kirab
b.          Seluruh peserta upacara mengenakan busana adat dan bahasa jawa. Kaum pria menggunakan kain, beskap, blangkon lengkap dengan keris. Sedangkan para ibu mengenakan kebaya dan bersanggul. Bahasa yang digunakan pada upacara adalah “krama inggil”. Sejarah hari jadi disampaikan dengan bahasa jawa. Bupati memberi sambutan berbahasa jawa
Nilai-nilai peringatan
Untuk menghidupkan budaya lokal. Ada nilai-nilai ekonomi side effect dari kesenian yang ditampilkan maupun pergelaran upacara melalui adat budaya jawa. Alun-alun penuh dengan penonton yang sebagian besar masyarakat Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten sekitarnya, aneka makanan dan dagangan tersaji dengan apik menambah suasana menjadi semarak dan meriah. Selain itu, muncul kreatifitas menyeluruh dari masyarakat, sebab di desa-desa masyarakat ikut terlibat dalam prosesi peringatan hari jadi wonosobo


No comments:

Blog Archive