Filosofi
Tradisi Mbirat Sengkala Tradisi yang dimaksudkan untuk membuang segala
malapetaka yang bisa menimpa daerah atau bisa dikatakan sebagai tolakbala. Tradisi ini biasanya dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Jadi
Kabupaten Wonosobo 24 Juli setiap tahunnya.
Prosesi Mbirat Sengkala dan
kirab hari jadi wonosobo
1.
Didahului
dengan ziarah ke makam para pendahulu atau pendiri Wonosobo antatra lain: makam
Tumenggung Setjonegoro, Tumenggung Jogonegoro, Asmoro Supi, Kyai Walik, Kyai
Muntaha Al Hafid
2.
Malam
peringhatan Hari Jadi dilaksanakan ritual bertempat di Pendopo paseban
alun-alun Wonosobo oleh para penghayat kepercayaan kepada tuhan yang maha esa,
tepat pukul 24.00 wib, dilanjutkan ritual khusus membuka songsong agung dan
tombak korowelang (yang merupakan
lambang kekuasaan atau pengayoman dan keamanan) yang disimpan di rumah dinas
bupati
3.
Upacara penyerahan kirab panji-panji 15 kecamatan
v upacara
penyerahan kirab panji-panji 15 kecamatan digelar di halaman pendopo kabupaten,
dihadiri oleh bupati, ketua dprd, bupati, jajaran muspida plus, para pimpinan
skpd, bumd dan anggota dprd.
v
para
kapolsek, danramil, camat dan sekcam berbaris bersama staf masing-masing,
v penyerahan
panji-panji dilakukan secara simbolis oleh muspida kepada muspika kota
wonosobo, dengan urutan :
Ø Dandim 0707 wonosobo menyerahkan bendera merah putih
kepada danramil wonosobo
Ø Ketua dprd kabupaten wonosobo menyerahkan lambang daerah
kepada sekcam wonosobo
Ø Kapolres wonosobo menyerahkan tombak korowelang sebagai
lambang kekuatan kepada kepala kantor kesbangpollinmas kabupaten wonosobo
Ø Bupati wonosobo menyerahkan songsong agung atau payung
kebesaran sebagai lambang perlindungan dan pengayoman kepada camat wonosobo.
4.
Panji-panji kebesaran diarak berkeliling kota
v
Panji-panji kebesaran diarak berkeliling kota
berjalan kaki, mulai dari jl. Angkatan 45, jl. Veteran, tosari, jl. Ahmad yani
dan ke alun-alun.
v Arak-arakan diawali oleh cucuk lampah, pembawa songsong
agung kamulyan, pembawa dupa, air tujuh rupa, pasukan tombak, pembawa panah,
wira menggala, pasukan pembawa panji-panji, pasukan camat, dari dinas/kantor
instansi, bumn dan para lurah. Para pedagang pasar induk wonosobo dan pasar
grosir dan kelompok kesenian turut berpartisipasi..
v Setelah memasuki alun-alun, bupati, ketua dprd, muspida
beserta istri menempatkan diri. Semua peserta upacara memakai pakaian adat
jawa. Pada kesempatan itulah dibacakan sejarah singkat wonosobo.
5.
Prosesi
mbirat sengkolo
Ø
Merupakan upacara ritual membuang sial.
Perlengkapannya berupa sesaji lengkap nasi, lauk pauk dan buah ditambah dupa.
Kemudian ditambah 7 mata air dicampur menjadi satu, dipercik-percikkan ke 4
penjuru angin dengan menggunakan daun dadap serep. Diharapkan, kabupaten
wonosobo selalu dijauhkan dari bencana dan marabahaya. Tujuh mata air itu
berasal dari tuk bimalukar, goa sumur, mata air mudal, mata air kaliasem, mata
air mangli, mata air tempurung dan mata air sutrodilogo.
Ketujuh mata air itu ditampung di sebuah tempayan besar
diletakkan di alun-alun berdekatan dengan tumpeng kentang raksasa dan buah-buahan setinggi 1,5 meter, yang
kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai rasa kebersamaan dan dimakan
bersama-sama dalam kembul bujana.
Ø Prosesi dimeriahkan dengan sendratari wisudan seconegoro,
yang menggambarkan perjuangan muhammad ngarpah – prajurit diponegoro melawan
prajurit kolonial belanda. Tokoh inilah yang kemudian mendapat gelar raden
tumenggung seconegoro, bupati pertama wonosobo.
Pelestarian
a.
Diperingati setiap tahun sekali, dengan
disemarakkan oleh berbagai macam hiburan, sarasehan, olah raga, lomba,
ekspo/pameran, bakti sosial maupun kirab
b.
Seluruh peserta upacara
mengenakan busana adat dan bahasa jawa. Kaum pria menggunakan kain, beskap,
blangkon lengkap dengan keris. Sedangkan para ibu mengenakan kebaya dan bersanggul.
Bahasa yang digunakan pada upacara adalah “krama inggil”. Sejarah hari jadi
disampaikan dengan bahasa jawa. Bupati memberi sambutan berbahasa jawa
Nilai-nilai
peringatan
Untuk menghidupkan budaya lokal. Ada nilai-nilai ekonomi side effect dari
kesenian yang ditampilkan maupun pergelaran upacara melalui adat budaya jawa.
Alun-alun penuh dengan penonton yang sebagian besar masyarakat Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten sekitarnya, aneka makanan dan dagangan tersaji dengan
apik menambah suasana menjadi semarak dan meriah. Selain itu, muncul
kreatifitas menyeluruh dari masyarakat, sebab di desa-desa masyarakat ikut
terlibat dalam prosesi peringatan hari jadi wonosobo
No comments:
Post a Comment