Pengertian
Kata “larung” berarti terapung dibawa banjir,
sedang kata “sukerta” berarti masalah (problema).
Jadi, larung sukerta mempunyai makna membuang
problema (yang disimbolkan dengan sesaji) dengan cara menghanyutkan ke sungai.
Filosofi
Adalah tradisi ritual tahunan turun-temurun
upacara membuang dan menghanyutkan sesaji ke sungai, yang dilakukan oleh Bapak
Untung Ardi Utomo (pada saat ini masih menjabat sebagai Bayan Kampung Sruni
Desa, Kelurahan Jaraksari, Kecamatan Wonosobo) yang merupakan sesepuh Kampung
Sruni Desa pada setiap tanggal 1 Sura (1 Muharram).
Prosesi
larung sukerta
Rangkaian kegiatan dalam prosesi larung sukerta
:
1.
Menyiapkan
makanan dan sesaji larungan (yang telah dibuat oleh keluarga Bapak Untung Ardi
Utomo), berupa :
Ø Tumpeng nasi kuning, yang bermakna
“tumempenging marang Gusti kanti wening” ( kesungguhan dan kelurusan dalam
mengabdi terhadap Tuhan Yang Maha Esa ).
Ø Ketan, bermakna mempererat persaudaraan antar
sesama, meskipun berbeda asal daerah, suku, bahasa maupun agama.
Ø Jajan pasar, mempunyai makna agar sikap dan
perbuatan kita semakin bertambah dewasa (tidak seperti anak kecil), sabar dan
penuh pertimbangan.
Ø Sesaji yang dilarung, yakni bunga setaman yang
terdiri bunga mawar merah, mawar putih, kantil, kenanga, cempaka dan
kacapiring. Sesaji yang dilarung ini dimaksudkan agar nama dan kepribadian kita
bisa mengharumkan keluarga.
Ø Minuman lengkap yang terdiri dari kopi, teh dan
air putih. Agar kita bisa mengambil atau menimba ilmu yang baik dan bermanfaat
dimanapun kita singgah (berada), sehingga bisa menenteramkan jiwa manusia.
2.
Kegiatan
sarasehan
Berisi kajian dan instropeksi diri atas laku
hidup yang telah dijalani selama 1 (satu) tahun sebagai makhluk Tuhan baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun terhadap sesama manusia, serta kegiatan ini
sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya yang telah diberikan kepada kita.
3
Membakar dupa, sebagai
simbol agar doa yang kita panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan
kepada sesembahan yang lain.
5.
Memanjatkan
doa, yang dilakukan secara berurutan mulai dari penghayat kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, pemuka agama Hindu, Budha,
6.
Memakan
makanan yang telah dibuat dan disajikan secara bersama-sama dengan seluruh
peserta prosesi, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkahNya.
No comments:
Post a Comment