Pengertian
Kata
“suran” berarti kegiatan yang dilakukan
pada setiap Bulan Sura (Muharram).
Filosofi
Prosesi suran
Rangkaian kegiatan dalam suran :
1.
Pementasan kesenian tradisional
seperti tari lengger, tari kuda kepang (emblek), tari angguk, tari bangilun,
wayang kulit dan lain-lain.
2.
Melakukan ziarah ke makam Adipati
Mertoloyo dan “sesepuh” dusun.
3.
Rombongan peziarah yang memikul dua
orang anak yang memerankan sebagai Adipati Mertoloyo dan Kiai Monyet menuju ke
pesanggrahan (yang dirintis oleh almarhum Ki Hadi Suwarno pada tahun 1960
sebagai pusat pergelaran kesenian, pembinaan dan pembibitan seniman-seniman
muda, khususnya tari lengger). yang bersebelahan dengan pendapa
Kertojati di tengah permukiman penduduk
Dusun Giyanti.
4.
Ketika melewati permukiman
penduduk, rombongan peziarah diikuti oleh ibu-ibu dan perempuan dusun yang
telah siap dengan tenongan menjadi barisan panjang.
5.
Di pesanggrahan, kedua anak yang
memerankan Adipati Mertoloyo dan Kiai Monyet diturunkan. Selanjutnya dilakukan
upacara ritual pembacaan riwayat berdirinya Dusun Giyanti dan pembacaan doa
oleh juru kunci. Mereka berdoa agar masyarakat Dusun Giyanti selalu dilindungi
oleh Tuhan Yang Maha Esa dan dijauhkan dari malapetaka.
6.
Setelah upacara ritual selesai,
makanan, buah dan aneka jajan pasar yang disajikan pada ratusan tenong dan
dijajarkan di sepanjang jalan kampung dekat kompleks pesanggrahan, dimakan
beramai-ramai oleh anak-anak dan masyarakat di tempat itu. Konon, makanan
tersebut membawa berkah bagi yang memakannya.
Masyarakat
setempat masih terus mempertahankan tradisi suran setiap tahun tahun dari generasi
ke generasi.
Nilai-nilai tradisi
Warga
masyarakat setempat agar jangan melupakan sejarah berdirinya Dusun Giyanti dan
agar tetap menghormati pendiri serta sesepuhnya atas jasa-jasanya dalam
membuka, mendirikan dan mengembangkan Dusun Giyanti hingga sekarang ini
No comments:
Post a Comment