Tuesday, 15 April 2014

TRADISI TENONGAN SURAN DUSUN GIYANTI


Pengertian
Kata “suran” berarti kegiatan yang  dilakukan pada setiap Bulan Sura (Muharram).

Filosofi
Adalah kegiatan tradisi ritual tahunan setiap Bulan Sura (Muharram), dalam rangka memperingati hari jadi Dusun Giyanti, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto. Sebagai  inti kegiatan adalah melakukan “nyadran” (berziarah) ke makam Adipati Mertoloyo (sebagai tokoh yang membuka atau mendirikan Dusun Giyanti) dan ke makam “sesepuh” dusun, serta upacara ritual (pembacaan doa)  di pesanggrahan. Sedangkan, kegiatan penunjang adalah “tenongan”, yakni menyajikan makanan, buah dan aneka jajan pasar dalam sebuah  “tenong” (sebuah wadah dari anyaman bambu yang berbentuk lingkaran yang terdiri dari alas dan tutup) kepada warga masyarakat, serta disemarakkan pula dengan pentas berbagai kesenian tradisional setempat.

Prosesi suran
Rangkaian kegiatan dalam suran :
1.       Pementasan kesenian tradisional seperti tari lengger, tari kuda kepang (emblek), tari angguk, tari bangilun, wayang kulit dan lain-lain.
2.       Melakukan ziarah ke makam Adipati Mertoloyo dan “sesepuh” dusun.
3.       Rombongan peziarah yang memikul dua orang anak yang memerankan sebagai Adipati Mertoloyo dan Kiai Monyet menuju ke pesanggrahan (yang dirintis  oleh almarhum Ki Hadi Suwarno pada tahun 1960 sebagai pusat pergelaran kesenian, pembinaan dan pembibitan seniman-seniman muda, khususnya tari lengger). yang bersebelahan dengan pendapa Kertojati  di tengah permukiman penduduk Dusun Giyanti.
4.       Ketika melewati permukiman penduduk, rombongan peziarah diikuti oleh ibu-ibu dan perempuan dusun yang telah siap dengan tenongan menjadi barisan panjang.
5.       Di pesanggrahan, kedua anak yang memerankan Adipati Mertoloyo dan Kiai Monyet diturunkan. Selanjutnya dilakukan upacara ritual pembacaan riwayat berdirinya Dusun Giyanti dan pembacaan doa oleh juru kunci. Mereka berdoa agar masyarakat Dusun Giyanti selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa dan dijauhkan dari malapetaka.
6.       Setelah upacara ritual selesai, makanan, buah dan aneka jajan pasar yang disajikan pada ratusan tenong dan dijajarkan di sepanjang jalan kampung dekat kompleks pesanggrahan, dimakan beramai-ramai oleh anak-anak dan masyarakat di tempat itu. Konon, makanan tersebut membawa berkah bagi yang memakannya.

Pelestarian
Masyarakat setempat masih terus mempertahankan tradisi suran setiap tahun tahun dari generasi ke generasi.

Nilai-nilai tradisi
Warga masyarakat setempat agar jangan melupakan sejarah berdirinya Dusun Giyanti dan agar tetap menghormati pendiri serta sesepuhnya atas jasa-jasanya dalam membuka, mendirikan dan mengembangkan Dusun Giyanti hingga sekarang ini


No comments:

Blog Archive